Meningkatnya pengeluaran keluarga pada saat ini tidak sebanding dengan pendapatan di dalam rumah tangga; Biaya pendidikn anak yang semakin tinggi, harga bahan-bahan pokok yang makin naik, harga BBM yang mahal, biaya Listrik yang Mahal, dan masih banyak lagi biaya-biaya kehidupan yang kesemuanya pada MAHAL. Tentunya keadaan ini bagi masyarakat menengah kebawah yang merupakan penduduk mayoritas terbesar di Indonesia, menjadi sangat-sangat mencekik (khususnya para suami) para kepala keluarga yang notabene sebagai pencari nafkah dalam keluarga.
Keadaan ini di perparah lagi dengan pola pendidikan sejak dahulu sampai sekarang di Indonesia yang mayoritas lembaga pendidikannya mengarahkan para anak didiknya setelah lulus untuk berlomba-lomba mencari pekerjaan (berfikiran STATIS) bukan berlomba-lomba dalam menciptakan lapangan kerja (KREATIF dan INOFATIF). Berfikiran statis menjadi salah satu penyebab pengangguran dan atau kemiskinan merajalela. Karena masyarakat pada umumnya, ketika tidak diterima sebagai pegawai swasta/negri kebanyakan lebih memilih untuk diam sambil menunggu lamaran pekerjaan lainnya di terima. Atau masyarakat pada umumnya, ketika sudah bekerja menjadi pegawai swasta / negeri lebih cenderung untuk STATIS (tidak kreatif dan tidak inofatif) dalam mencari Tambahan Pendapatan, padahal jika kita Kreatif dan Inofatif, banyak sekali peluang-peluang dalam mencari Tambahan Pendapatan yang bisa dilakukan sembari bekerja di tempat kerjaannya atau di luar tempat pekerjaannya.
Bagi masyarakat menengah keatas tentunya tidak menjadi persoalan sekalipun tidak memiliki tambahan pendapatan di luar gaji tetapnya. Tapi bagaimana dengan masyarakat menengah kebawah??? Dengan serba MAHALNYA biaya KEHIDUPAN pada zaman sekarang, tentunya akan jadi persoalan besar jika masyarakat menengah kebawah (khususnya) tidak memiliki Kreatifitas dan Inofasi dalam mencari PENAMBAHAN PENDAPATAN.
Biaya kontrakan??? + Biaya Listrik??? + Biaya transportasi??? + Biaya susu atau dan jajan Anak-anak??? + biaya Masuk dan biaya Keperluan sekolah??? + Biaya Cicilan motor / alat rumah tangga??? + biaya Nabung untuk masa depan??? + biaya tak terduga??? =
TOTAL BIAYA 1 BULAN – TOTAL PENDAPATAN 1 BULAN= (minus atau plus)????
Dengan rincian pengeluaran perbulan seperti yang di perkirakan di atas, berapa sisa pendapatan per bulannya??? Bagaimana dengan perkiraan pendapatan 5 tahun atau 10 tahun atau 15 tahun kedepan??? Akankah masih tetap bekerja (tidak di PHK)??? Bagaimana jika Di PHK??? Bagaimana dengan persiapan biaya pendidikan anak-anak???
Kecerdasan financial: “program keluarga mandiri, keluarga sejahtera” adalah salah satu program peningkatan pendapatan keluarga yang di dapat dari pemanfaatan lingkungan sekitar, dari yang tadinya tidak menghasilkan penambahan pendapatan, menjadi menghasilkan Penambahan pendapatan bahkan bisa melebihi gaji tetapnya, tanpa dipecat dan tanpa banyak mengganggu aktivitas sebelumnya. Program ini juga di harapkan mampu menjawab atas setiap kendala-kendala keuangan keluarga bahkan bisa di jadikan jawaban untuk meningkatkan tarap ekonomi.
Dasar dari adanya program ini adalah di awali dari pola fikir “JUALAN GA JUALAN – TETAP KETEMU ORANG”. Masyarakat pada umumnya kurang bisa memanfaatkan potensi lingkungan sekitar menjadi potensi peningkatan eknomi, padahal tiap hari para bapak ketemu dengan teman/relasi di tempat kerjaannya dan para ibu ketemu dengan tetangga/saudara/relasi di tempat tinggalnya. Yang membedakan antara keluarga yang tidak berjualan (sebagai penambahan pendapatan) dengan keluarga yang berjualan (sebagai penambahan pendapatan) adalah:
Bagi keluarga yang tidak berjualan: dalam satu bulan TIDAK ADA pemasukan/penambahan pendapatan.
Bagi keluarga yang berjualan : dalam satu bulan ADA pemasukan /penambahan pendapatan.
Padahal KESAMAAN antara keluarga yang berjualan dengan keluarga yang tidak berjualan adalah SAMA-SAMA KETEMU ORANG.
Nah persoalannya KENAPA bagi masyarakat menengah kebawah dan tidak berjualan (sebagai penambahan pendapatan) tidak memanfaatkan teman pekerjaannya, tetangga, keluarga dan para relasinya untuk di jadikan sebagai asset PENAMBAHAN PENDAPATAN dengan cara berjualan???
Sebagai contoh 1: Bagi yang sudah punya anak, kalo di hitung pengeluaran mnimal khusus untuk anak balita, tentunya diperkirakan pengeluarannya antara 300.000 s/d 1.000.000,- per bulan (Pengeluaran ini meliputi: biaya susu formula, jajan anak dan kebutuhan anak lainnya). Setiap bulan para keluarga mengeluarkan khusus untuk keperluan anak, nah tentunya akan berbeda jika kebutuhan anak bisa di biayai dari luar gaji tetap (pendapatan tambahan), entah melalui jualan atau dengan cara halal lainnya yang bisa mendapatkan tambahan pendapatan. Dengan metode “kecerdasan Financial” tentunya biaya untuk anak tadi bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya atau bahkan bisa di tabung untuk masa depan anak.
Contoh 2: bagi yang tempat tinggalnya ngontrak, kalo di hitung pengeluaran sewa kontrak + biaya listrik, di perkirakan 500.000 s/d 1.000.000,- per bulan. Setiap bulan para keluarga mengeluarkan khusus untuk biaya sewa kontrak + listrik, nah tentunya akan berbeda jika kebutuhan tersebut bisa di biayai dari luar gaji tetap (pendapatan tambahan), entah melalui jualan atau dengan cara halal lainnya yang bisa mendapatkan tambahan pendapatan. Dengan metode “kecerdasan Financial” tentunya biaya untuk sewa kontrak + listrik tadi bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya atau bahkan bisa di tabung untuk cicilan beli Rumah.
Selama ini yang menjadi tumpuan utama dalam mencari nafkah keluarga adalah para suami. Memang semestinya demikian, tapi dengan situasi dan kondisi perekonomian yang serba sulit tentunya di perlukan kerjasama antara suami dan istri dan perlu adanya Kecerdasan Financial dalam mewujudkan “keluarga mandiri = keluarga sejahtera”.
0 komentar:
Posting Komentar