LATAR BELAKANG
Maraknya penjualan obat herbal dan cepatnya respon masyarakat atas produk-produk obat herbal, menjadikan obat herbal sebagai ladang bisnis yang sangat menggiurkan dalam mencapai keuntungan. Tentunya bagi produsen sangat di untungkan dengan “booming”nya fenomena ini. Namun bagaimana dengan Agen atau pedagang-pedagang kecil lainhya??
AGEN atau PEDAGANG adalah ujung tombak pelaku penjualan langsung ke konsumen. Tanpa adanya agen atau pedagang, maka produsen atau Distributor menjadi terhambat dalam pemasarannya. Secara teknis penjualan, Produsen hanya sebatas meng-iklankan produknya dan memberi diskon besar bagi Distributor. Namun di bandingkan dengan Cara Pemasaran/penjualan produk yang dilakukan oleh Agen atau pedagang, tentunya Agen/pedagang lebih “Extra Promosi” dalam memasarkan produk sehingga konsumen jadi lebih mau untuk membeli produk tersebut. Untuk mencapai target penjualan, agen atau pedagang sampai rela berpanas-panasan, lelah, cape, terkadang ada juga yang sampai “merayu“ dan bahkan sdikit “bumbu” untuk lebih meyakinkan konsumen. Akhirnya alhamdulillah dengan kerja keras untuk membuka wilayah, yang tadinya tidak mengenal bahkan tidak mengkonsumsi obat herbal, kini banyak masyarakat yang mengenal obat herbal bahkan mengkonsumsi obat herbal.
Seiring dengan waktu, akhirnya mulai banyak yang tertarik juga untuk menjadi agen/pedagang obat herbal bahkan menjadi distributor (bagi yang punya modal besar). Sehingga otomatis, para konsumen dan pelanggan menjadi rebutan antara para agen/pedagang yang baru munucul dengan Agen/pedagang Lama yang lebih dulu memasarkan obat herbal, bahkan Lebih Ironisnya/Tragisnya Distributor pun IKUT MENGAMBIL LANGGANAN para agennya/pedagangnya sendiri dengan cara Memberikan Diskon Besar kepada KONSUMEN.
Hal inilah yang kebanyakan para agen/pedagang obat herbal merasa TIDAK DI HARGAI atas upaya kerja kerasnya dalam awal membuka “pangsa pasar”. Tidak dihargai dengan diserobotnya para Konsumen/langganan oleh para Agen-agen / pedagang-pedagang yang baru, bahkan di serobot oleh distributornya sendiri. tentunya hal ini mempengaruhi juga Terhadap berkurangnya pendapatan, karena, mau ga mau supaya pelanggan atau konsumen tidak lari ke pesaing yang telah menjatohkan harga sebelumnya. Maka terjadilah perang harga (diskon antara 20 – 40% untuk pembelian hrg konsumen).
Siapa yang di untungkan dalam perang harga ini??? Ya pastinya Produsen sebagai pemilik produk dan Distributor karena dapat diskon 50 – 60% dari produsen. Lalu bagaimana dengan Agen dan Pedagang jika harga konsumen diberi diskon antara 20 s/d 40 %???
Namun, bagi distributor juga, banyak yang menyadari betul bahwa apa yang dilakukannya dengan memberikan diskon besar bagi konsumen adalah sebagai tindakan yang akan merugikan bagi agennya atau pedagangnya sendiri. Bagi distributor perihal pemberian diskon untuk konsumen adalah “buah simalakama”. Kalau tidak memberi diskon besar, maka konsumen akan ke ambil oleh pesaing/distributor lainnya, tapi kalo di lakukan maka akan menyengsarakan Agennya dan pedagangnya yang telah Awal banting tulang memasarkan Obat herbal. Tapi, ujungnya ya tetap memberikan diskon besar juga terhadap konsumen, KARENA PERSOALANNYA BUKAN HANYA TERDAPAT PADA HARGA DAN DISKON SAJA, TAPI, PERSOALANNYA JUGA TERDAPAT PADA SISTEM PENJUALAN YANG SUDAH SANGAT-SANGAT TIDAK SEHAT – KAPITALIS.
Setelah di evaluasi, ini semua di akibatkan oleh tidak beraturannya dan tidak berjalannya system penjualan. Oleh karena itu, hasil perenungan dan diskusi dengan beberapa pedagang, agen, distributor bahkan beberapa produsen, akhirnya di buatlah system “Distribusindo Al Fath Indonesia” sebagai solusi atas terjadinya Perang harga, minimnya keuntungan agen/pedagang, tidak adanya PENGHARGAAN bagi pedagang/agen yang awal “banting tulang membuka pasar” dan tidak sehatnya/tidak Islaminya dalam BERJUALAN (yang kuat modal/diskon besar lah yang menguasai pasar)
0 komentar:
Posting Komentar