JAKARTA -- Pembatasan aktivitas sosial masyarakat selama Pandemi Covid-19 di seluruh dunia, telah membawa dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan aktivitas bisnis dan perekonomian di hampir semua lini usaha. Salah satu sektor usaha yang paling terkena dampak adalah sektor bisnis eceran khususnya brand dan bisnis ritel.
Namun, mengutip hasil riset dari perusahaan teknologi otomatisasi data ritel Eyos (dahulu Emporio Analytics Indonesia) yang mengukur data real-time dari dua ribuan toko Modern Trade Independent (MTI), ternyata tidak semua brand dan peritel mengalami penurunan omzet usaha di kala pandemi Covid-19 seperti sekarang.
“Berdasarkan data kami, beberapa brand dan peritel Modern Trade Independent masih bisa mempertahankan angka penjualannya dengan stabil, bahkan ada yang bisa growth up. Asal jeli dan konsisten dalam strategi marketing, situasi pasar saat ini yang suram, sebenarnya masih bisa di-create menjadi peluang yang positif,” ujar Soon Lee, Country Manager dari Eyos, di Jakarta (25/1).
Riset pasar yang dilaksanakan Eyos selama September-Oktober 2020 terhadap lebih dari 2.000 toko ritel MTI di seluruh Indonesia, menemukan kategori besar seperti mi instan, susu, minyak goreng masih menunjukkan tren stabil cenderung positif dibanding sebelum pandemi. Untuk kategori yang berhubungan dengan sanitasi dan imun mengalami peningkatan yang cukup masif.
Sedangkan bisnis toko ritel MTI tidak menunjukkan penurunan. Tetap ada toko ritel yang mencatat angka pertumbuhan omzet yang melejit tinggi. Salah satu fenomena menarik; justru di saat aktivitas ekonomi shut down akibat Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, bisnis minimarket dan supermarket mandiri skala lokal tumbuh pesat dan menjamur di berbagai kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Mereka bersaing dengan minimarket branded jaringan nasional yang sudah dikenal dan mempunyai pelanggan loyal seperti Indomart, Alfamart, dan Alfamidi.
“Berdasarkan data yang terdokumentasi, ada beberapa brand yang stabil dan tumbuh. Umumnya mereka yang sigap dalam membaca data penjualan setiap hari, kemudian mengantisipasi dengan program marketing yang cepat dan tepat,” ujar Soon Lee dari Eyos.
Eyos melakukan riset ini dengan cara pengumpulan data konsumen secara real time saat pembayaran di meja kasir. Riset dilakukan pada dua ribuan minimarket dan supermarket lokal di berbagai daerah di Indonesia.
Sebelumnya, Wakil Ketua Aprindo Fernando Repi secara umum mengungkapkan bahwa memang bisnis ritel meleset jauh dari yang diharapkan karena pandemi. Namun, kata Nando, berbeda dengan ritel modern, minimarket baik skala nasional maupun lokal, justru lebih tahan terhadap krisis karena mereka lebih adaptif.
"Selain lokasinya yang dekat dengan masyarakat, minimarket dan supermarket lokal biasanya lebih cepat adaptif, bisa menyesuaikan dengan keadaan", ujarnya. Namun untuk lebih berkembang, menurut dia, minimarket dan supermarket lokal harus memperluas channel penjualan dan menjalin kerja sama dengan marketplace.
Pertumbuhan angka penjualan beberapa brand di kala ekonomi shut down akibat Pandemi Covid-19 seperti saat ini juga disetujui oleh Global Marketing Director PT Mayora Indah Tbk, Ricky Afrianto. “Bagi kami, memang tidak dapat disangkal lagi kalau pandemi Covid-19 saat ini berpengaruh pada angka penjualan.
Namun, ada beberapa brand Mayora yang justru mencatatkan angka pertumbuhan penjualan yang naik pesat dan produk baru kami bisa diterima toko-toko MTI. Hal ini tentu selain karena produk tersebut memang diminati konsumen, juga didukung oleh strategi marketing yang tepat. Berdasarkan masukan-masukan dari internal maupun eksternal termasuk data dari Eyos,” ujar Ricky di Jakarta.
Selain dengan Mayora, Eyos juga menjalin kerja sama dengan berbagai perusahaan multinasional maupun nasional. []
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar