majalahtabligh.com

Konglomerat di Balik DANA, OVO, GoPay, dan ShopeePay



Transaksi fintech merupakan salah satu bisnis yang melonjak saat pandemi corona. Ini menjadi peluang bagi konglomerat seperti Astra Group, Emtek, Grup Salim hingga Djarum.

Katadata.co.id membuat laporan rincian konglomerat yang berinvestasi di DANA, OVO, GoPay, dan ShopeePay:

DANA
Grup Sinar Mas melalui PT Dian Swastatika Sentosa Tbk mengakuisisi DANA. Menurut kabar investasi terbaru, DSST Dana Gemilang akan menjadi pemegang saham terbesar di fintech pembayaran ini. Akan tetapi, skema kepemilikan di DANA belum dijelaskan secara rinci.

Elang Mahkota Teknologi (Emtek) juga berinvestasi di DANA. Namun belum diketahui porsi kepemilikannya setelah Grup Sinar Mas masuk. Sebelumnya, Emtek mempunyai 49% saham di Elang Andalan Nusantara (EAN). EAN adalah induk dari DANA dan Doku. Selain Emtek, Alibaba memiliki 45% saham EAN lewat anak usaha API Investment Limited.

OVO
Emtek berinvestasi di OVO. Konglomerat ini tidak langsung berinvestasi ke fintech pembayaran OVO lewat Grab. Emtek membeli 3,2% saham Grab Teknologi Indonesia senilai Rp 3,08 triliun. Konglomerat ini pun memiliki 2,68% saham di decacorn asal Singapura itu.

Grup Lippo juga berinvestasi di OVO. Namun, Lippo menyatakan telah menjual dua pertiga saham di fintech bernuansa ungu ini pada akhir 2019. Sinar Mas juga masuk ekosistem Grab melalui penawaran investasi swasta pada ekuitas publik atau private investment in public equity (PIPE) IPO decacorn Singapura ini dan Altimeter Growth.

Grab resmi mencatatkan saham perdana alias IPO di bursa saham Amerika Serikat (AS), Nasdaq tahun lalu. Grup Djarum juga dikabarkan terlibat dalam penawaran investasi swasta pada ekuitas publik IPO Grab.

Begitu pun Grup Salim yang berkolaborasi dengan melalui Indomaret. Melalui kerja sama ini, pelanggan bisa berbelanja di Indomaret melalui aplikasi GrabMart.

GOPAY
Astra berinvestasi secara tidak langsung ke fintech pembayaran lain yakni GoPay, lewat Gojek. Konglomerat itu berinvestasi di decacorn Indonesia ini sejak 2018. Saat itu, valuasi Gojek masih sekitar US$3 - US$5 miliar.

Djarum berinvestasi secara tidak langsung terhadap platform fintech pembayaran GoPay melalui Gojek. Perusahaan modal ventura milik Grup Djarum, Global Digital Prima (GDP) Ventures menjadi investor Gojek sejak 2018.

Selain itu, Grup Lippo melibatkan perusahaan propertinya PT Lippo Karawaci Tbk untuk memperkuat ekosistem digital Gojek. Kerja sama Lippo Karawaci dengan decacorn Tanah Air ini terkait penggunaan layanan pembayaran Gopay Plus hingga payroll karyawan.

Sebelumnya, Gojek membeli 4,76% saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dari entitas induk Grup Lippo PT Multipolar Tbk. Pembelian tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui PT Pradipa Darpa Bangsa. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa aktivitas profesional, ilmiah, dan teknis itu 99,99% sahamnya dimiliki oleh Gojek Indonesia. Sisanya milik PT Dompet Karya Anak Bangsa alias GoPay.

Telkomsel juga berinvestasi di Gojek. Perusahaan telekomunikasi ini pun gencar mengintegrasikan layanan dengan decacorn Nusantara itu, salah satunya menyasar UMKM.

SHOPEEPAY
ShopeePay dimiliki oleh Sea Group. Perusahaan asal Singapura ini memiliki bisnis e-commerce Shopee, game online Garena, dan keuangan SeaMoney.

Sea Group juga merambah bank digital di Singapura dan Indonesia. Di Tanah Air, induk Shopee ini mengoperasikan SeaBank. Raksasa teknologi Singapura itu menjadi pemegang saham pengendali Bank Kesejahteraan Ekonomi atau BKE yang kini bernama Seabank Indonesia.

Pendiri Sea Group Forrest Li juga menjadi bagian dari Committee on the Future Economy. Ini beranggotakan 30 orang yang dipimpin bersama oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan dan Industri (Industri) Singapura, periode Januari 2016 - Februari 2017. []

Sumber: Katadata


Share on Google Plus

About PebisnisMuslim.com

Pebisnis Muslim News adalah situs informasi bisnis dan ekonomi Islam yang dikelola oleh Pebisnis Muslim Group.

0 komentar:

Posting Komentar