Miliarder Jack Ma dikabarkan bersembunyi di Tokyo, Jepang, bersama keluarganya saat pemerintahan China melakukan tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan unggulan dan para pengusaha kaya.
Ma, pendiri raksasa toko online Alibaba yang merupakan orang terkaya di Tiongkok sampai pemerintah melakukan tindakan keras, sangat jarang tampil di publik sejak dia mengkritik sikap regulator China terhadap perusahaan-perusahaan teknologi saat konferensi tingkat tinggi di Shanghai tahun 2020.
Selain penampakan online berdurasi 48 detik awal tahun lalu – yang disebut salah satu analis mirip “video tawanan”, Ma terlihat melakukan perjalanan singkat ke Belanda, dan pada musim panas lalu kapal pesiarnya yang memiliki panjang 88 meter terlihat bersandar di Mallorca, Spanyol. Selebihnya, Ma tidak banyak menampakkan diri selama hidup di luar China.
Hari Selasa (29/11/2022), Financial Times – yang dimiliki oleh perusahaan media Jepang Nikkei – mengungkap bahwa Ma belakang ini banyak tinggal di Jepang.
Mengutip sejumlah sumber yang tidak disebutkan identitasnya, koran itu mengatakan bahwa sudah hampir enam bulan ini Jack Ma – bekas guru bahasa Inggris dan pengusaha yang tidak mau mengungkapkan bahwa dirinya merupakan anggota Partai Komunis China itu – hidup di Tokyo bersama keluarganya. Waktunya dihabiskan untuk mengurus bisnis dan bersenang-senang mengunjungi onsen (pemandian air panas) dan resor ski di kawasan pedesaan Jepang, serta perjalanan rutin ke Amerika Serikat dan Israel.
Jack Ma – yang konon kekayaannya sekarang terpangkas setengah dari hampir $50 miliar menjadi $21,7 miliar – berusaha sebisa mungkin menyembunyikan kehidupan pribadinya dari mata publik. Dia membawa sendiri pengawal pribadi dan tukang masak ke tempat tinggalnya. Dia hanya mendatangi klub-klub beranggotakan orang terbatas, yang salah satunya populer di kalangan orang super kaya China.
Setelah Jack Ma menuding regulator China menghambat inovasi dan perkembangan perusahaan-perusahaan berbasis teknologi, tangan besi Beijing bertindak memblokir flotasi pasar saham senilai $34 miliar dari anak perusahaan pembayaran online Alibaba, Ant Group, yang ketika itu akan menjadi penawaran saham terbesar dalam sejarah.
Pemerintah Beijing – dengan alasan agar tidak menjadi konglomerat yang besar dan menggurita tak terkendali– juga memerintahkan Alibaba untuk menjual asetnya di media, termasuk South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong.
Beberapa bulan kemudian, Alibaba didenda $2,8 miliar karena praktik anti-persaingan.
Pekan lalu muncul kabar bahwa bank sentral China, yang mengatur sektor keuangan, siap mengenakan denda lebih dari $1 miliar terhadap Ant Group.
Pada bulan Agustus, perusahaan investasi Jepang SoftBank mengambil langkah historis dengan mengurangi jumlah andilnya di Alibaba 23,7% menjadi 14,6%.
Sekarang ini, pengelolaan perusahaan Jack Ma di China kebanyakan didelegasikan ke jajaran eksekutif generasi baru, lansir The Guardian.[]
Sumber: Hidayatullah
0 komentar:
Posting Komentar