PebisnisMuslim.Com, Jakarta - Harga daging sapi yang terus merangkak naik bahkan melampaui harga dari Hari Raya Idul Fitri lalu membuat para pedagang mogok berjualan. Di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan contohnya, sekitar 40 kios pedagang daging sapi tak berjualan alias tutup.
Naiknya harga yang bertahan di level Rp 120.000/kg membuat pedagang daging di pasar tradisional sulit menjual daging. Mereka pun akhirnya mogok berjualan.
"Hari ini pedagang daging semua mogok jualan. Infonya 3-4 hari," kata Budi, pengawas Pasar Mayestik di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, Minggu (9/8/2015).
Pantauan, terlihat kios-kios pedagang kosong. Lapak pun bersih dari dagangan dan dan tak ada pedagang terlihat di kiosnya. Sebanyak 40-an kios pedagang kompak menutup lapak. Adapun yang berjualan, hanya seorang pedagang daging kambing, yang pada akhirnya pun ikut menutup kiosnya.
"Pedagang mogok, minta harga normal lagi. Ini mogok se jabodetabek. Ada 40 kios pedagang daging di sini. Kompak tutup semua," tegas Budi.
Budi juga mengaku, beberapa anggota keluarganya merupakan pedagang daging yang juga tak berjualan. Di Pasar Mayestik pun tidak terlihat truk operasi pasar (OP) daging Bulog.
"Ngga ada truk operasi pasar Bulog sejak habis lebaran," ujar Budi.
Naiknya harga yang bertahan di level Rp 120.000/kg membuat pedagang daging di pasar tradisional sulit menjual daging. Mereka pun akhirnya mogok berjualan.
"Hari ini pedagang daging semua mogok jualan. Infonya 3-4 hari," kata Budi, pengawas Pasar Mayestik di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, Minggu (9/8/2015).
Pantauan, terlihat kios-kios pedagang kosong. Lapak pun bersih dari dagangan dan dan tak ada pedagang terlihat di kiosnya. Sebanyak 40-an kios pedagang kompak menutup lapak. Adapun yang berjualan, hanya seorang pedagang daging kambing, yang pada akhirnya pun ikut menutup kiosnya.
"Pedagang mogok, minta harga normal lagi. Ini mogok se jabodetabek. Ada 40 kios pedagang daging di sini. Kompak tutup semua," tegas Budi.
Budi juga mengaku, beberapa anggota keluarganya merupakan pedagang daging yang juga tak berjualan. Di Pasar Mayestik pun tidak terlihat truk operasi pasar (OP) daging Bulog.
"Ngga ada truk operasi pasar Bulog sejak habis lebaran," ujar Budi.
Dampak aksi mogok ini, lanjut Budi, tak hanya merugikan pedagang, namun juga kuli pekerja harian yang tugasnya memotong dan belanja daging ke rumah pemotongan hewan (RPH).
"Kalau pedagang mungkin masih punya uang. Yang kasihan kan kuli harian. Satu pedagang grosir disini bisa mempekerjakan 3-4 orang bagian sayat-sayat daging. Dapat upah Rp 50.000-75.000 sehari," jelasnya.
Karena mogok ini juga, ibu-ibu yang berbelanja ke pasar bertanya-tanya kenapa para pedagang daging sapi tak berjualan.
"Dari pagi ibu-ibu nanyain kenapa tutup. Hari kemarin juga ibu-ibu datang ngeluh harga Rp 120.000/kg. Pedagang ngga mungkin jual rugi kalau modalnya juga Rp 120.000," ujar Budi.
"Kalau pedagang mungkin masih punya uang. Yang kasihan kan kuli harian. Satu pedagang grosir disini bisa mempekerjakan 3-4 orang bagian sayat-sayat daging. Dapat upah Rp 50.000-75.000 sehari," jelasnya.
Karena mogok ini juga, ibu-ibu yang berbelanja ke pasar bertanya-tanya kenapa para pedagang daging sapi tak berjualan.
"Dari pagi ibu-ibu nanyain kenapa tutup. Hari kemarin juga ibu-ibu datang ngeluh harga Rp 120.000/kg. Pedagang ngga mungkin jual rugi kalau modalnya juga Rp 120.000," ujar Budi.
Sumber: detikFinance
0 komentar:
Posting Komentar