JEDDAH -- Ketua Yayasan World Islamic Economic Forum (WIEF), Tun Musa Hitam, menyatakan harus ada fokus lebih pada peningkatan peluang bisnis dan industri keuangan Islam. Dia menyoroti peran yang dapat dimainkan keuangan Islam di pasar global menyusul krisis keuangan global.
Hitam menyatakan, keuangan Islam sekarang menarik negara-negara non-Muslim. Di antara pemain utama di sektor ini sekarang antara lain, Arab Saudi dan Malaysia. Di tingkat internasional, banyak negara Barat menunjukkan minat yang besar atas sektor ini.
Hal itu dikatakan Hitam saat berbicara dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Jeddah pada Ahad (8/10). Jumpa pers dilakukan setelah adanya pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam dan dari Bank Pembangunan Islam (IDB) Bander Al-Hajjar.
"Bank Pembangunan Islam (IDB) telah lama bersama mereka dalam memfasilitasi dan mengatur pertemuan pengusaha. IDB juga telah berkolaborasi dengan Yayasan WIEF mengenai berbagai proyek mengenai perempuan, pemuda, wakaf, nanoteknologi dan obat regeneratif," kata Hitam seperti dikutip dari Saudi Gazette, Senin (9/10).
Hitam juga mengumumkan WIEF mendatang digelar dengan tema "Disruptive Change: Impact and Challenges". Acara akan diadakan di Borneo Convention Center Kuching, Serawak, Malaysia pada 21-19 November 2017. Konferensi panel, kelas master, pertukaran bisnis dan pameran antara lain.
Tujuannya, untuk menciptakan sebuah platform untuk membahas berbagai masalah untuk menemukan cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang mengganggu. Sektor yang diminati di antaranya teknologi dan inovasi, produk dan layanan halal, keuangan dan hukum Islam, kewirausahaan, seni dan budaya, serta desain.
Ketua Yayasan WIEF mengatakan di era perubahan yang mengganggu ini, harus didorong kolaborasi yang lebih besar karena penting untuk mendorong indikator ekonomi utama.
"Di WIEF, kami memperjuangkan kerja sama regional dan mendorong bisnis untuk mempengaruhi masyarakat secara luas," jelas Hitam. []
Sumber: Republika
Hitam menyatakan, keuangan Islam sekarang menarik negara-negara non-Muslim. Di antara pemain utama di sektor ini sekarang antara lain, Arab Saudi dan Malaysia. Di tingkat internasional, banyak negara Barat menunjukkan minat yang besar atas sektor ini.
Hal itu dikatakan Hitam saat berbicara dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Jeddah pada Ahad (8/10). Jumpa pers dilakukan setelah adanya pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam dan dari Bank Pembangunan Islam (IDB) Bander Al-Hajjar.
"Bank Pembangunan Islam (IDB) telah lama bersama mereka dalam memfasilitasi dan mengatur pertemuan pengusaha. IDB juga telah berkolaborasi dengan Yayasan WIEF mengenai berbagai proyek mengenai perempuan, pemuda, wakaf, nanoteknologi dan obat regeneratif," kata Hitam seperti dikutip dari Saudi Gazette, Senin (9/10).
Hitam juga mengumumkan WIEF mendatang digelar dengan tema "Disruptive Change: Impact and Challenges". Acara akan diadakan di Borneo Convention Center Kuching, Serawak, Malaysia pada 21-19 November 2017. Konferensi panel, kelas master, pertukaran bisnis dan pameran antara lain.
Tujuannya, untuk menciptakan sebuah platform untuk membahas berbagai masalah untuk menemukan cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang mengganggu. Sektor yang diminati di antaranya teknologi dan inovasi, produk dan layanan halal, keuangan dan hukum Islam, kewirausahaan, seni dan budaya, serta desain.
Ketua Yayasan WIEF mengatakan di era perubahan yang mengganggu ini, harus didorong kolaborasi yang lebih besar karena penting untuk mendorong indikator ekonomi utama.
"Di WIEF, kami memperjuangkan kerja sama regional dan mendorong bisnis untuk mempengaruhi masyarakat secara luas," jelas Hitam. []
Sumber: Republika
0 komentar:
Posting Komentar