JAKARTA -- Indeks literasi ekonomi syariah harus dikembangkan oleh industri. Pengamat Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor, Irfan Syauqi Beik menyampaikan indeks tersebut bisa jadi bahan analisis untuk membuat kerangka strategi bagi industri.
"Keberadaan alat ukur ini, seharusnya dijadikan sebagai alat untuk merumuskan strategi," kata Irfan kepada Republika.co.id, Rabu (1/4).
Misal, Indeks Literasi Ekonomi Syariah dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat menjadi masukan dan panduan untuk merancang strategi kampanye dan sosialsiasi. Ini akan menjadi apa yang disebut sebagai kebijakan berbasis riset (reseach based policy).
Harus ada instrumen awal untuk melakukan aksi lanjutan. Industri bisa menggunakan informasi yang ada dalam indeks, untuk dianalisis. Misal dari sebaran provinsi bisa dilihat mana yang paling rendah dan bisa melakukan sosialisasi di sana.
Atau poin apa yang masih kurang dipahami maka hal itu yang ditingkatkan. Jangan sampai industri mengembangkan sesuatu yang tidak tepat sasaran. Misal hanya tentang produknya saja atau fikihnya saja.
"Harusnya ini jadi referensi untuk merumuskan kebijakan, ini jadi PR bagi industri," kata Irfan.
Ia menegaskan, industri harus paham besarnya peran riset. Di negara yang lebih maju, peran riset sangat penting untuk mengendalikan perkembangan industri. Sehingga keberadaan riset atau penilaian, termasuk indeks harus dimanfaatkan.
Bank Indonesia (BI) mengeluarkan Indeks Literasi Ekonomi Syariah pada hari ini, Senin (30/3). Indeks Literasi Eksyar nasional tahun 2019 mencapai 16,3 persen atau well literate dari skala 100 persen.
Indeks Literasi Eksyar merupakan salah satu indikator yang menjadi cerminan tingkat literasi masyarakat Indonesia terhadap eksyar dan tingkat inklusi masyarakat terhadap layanan keuangan syariah. Khususnya keuangan sosial syariah (zakat, infak, sedekah, dan wakaf). Ini sebagai salah satu wujud komitmen BI untuk terus mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
"Oleh karena itu, Indeks Literasi Eksyar diharapkan dapat menjadi acuan dalam merumuskan strategi yang tepat guna mengembangkan eksyar di Indonesia," demikian pernyataan resmi BI pada Selasa (31/3). []
Sumber: Republika
Sumber: Republika
0 komentar:
Posting Komentar