Jakarta – Sebanyak 90 persen dari 571 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang disurvei Organisasi Buruh Internasional (ILO) Indonesia menyatakan arus kas mereka ambruk karena pandemi Covid-19. Akibatnya, mereka terpaksa merumahkan hingga memecat karyawan sebagai langkah efisiensi.
Sebanyak 63 persen UMKM terpaksa menghentikan karyawan dan memohon mereka mengambil cuti. Survei juga mendapati 52 persen UMKM mengaku kehilangan pendapatan hingga 50 persen dibanding kondisi normal.
“Mitigasi yang mereka lakukan, terbanyak 58 persen mengurangi produksi, 40 persen melakukan negosiasi dengan karyawannya apabila ada pengurangan jam kerja dan sebagainya, enggak semuanya negosisasi kepada karyawan,” ujar Manajer Proyek SCORE-ILO, Januar Rustandie dalam diskusi daring, Rabu (3/6).
Kemudian, langkah penyelamatan lainnya ialah melakukan diversifikasi produk yang hanya dilakukan oleh 35 persen pelaku UMKM. Lalu, 30 persen mencoba melakukan negosiasi kredit dengan bank dan kepada pemasok.
Sekitar sepertiga responden mencoba bertahan dengan beralih ke usaha daring. Satu dari lima perusahaan berhasil melakukan diversifikasi produk guna merespons kebutuhan baru seperti masker dan sanitasi.
“Saat itu bulan April stimulus pemerintah sudah disosialisasikan, namun hanya 30 persen UMKM yang sudah mulai mencoba stimulus,” ungkapnya.
Pandemi Covid-19 menghantam sektor UMKM dan menyebabkan 70 persen pelaku usaha menghentikan produksinya selama masa pandemi. Periode survei digelar selama 6 sampai 17 April, sebanyak 60 persen dari 571 pelaku UMKM mereka merupakan pelaku usaha mikro.
“Hasilnya walau waktunya hanya dua atau tiga bulan (wabah Covid-19), sebanyak 70 persen UMKM menyatakan stop produksi dan 90 persen dari mereka bilang cash flow mereka terdampak,” tuturnya. (03/GUS) []
Sumber: Indonesia Inside
0 komentar:
Posting Komentar