JAKARTA – Pemerintah akan memaksimalkan peranan pondok-pondok pesantren dan organisasi keagamaan untuk ekspansi Kredit Usaha Rakyat (KUR) syariah. Sampai akhir tahun, pemerintah menargetkan penyaluran KUR ke 3.400 pesantren, baik yang terafiliasi maupun tidak berhubungan dengan organisasi keagamaan.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyebutkan, pendekatan dengan kelompok atau cluster merupakan cara paling cepat untuk memperluas jangkauan KUR. Tidak terkecuali dengan organisasi keagamaan melalui pesantrennya. Mereka memiliki banyak anggota untuk bisa memanfaatkan fasilitas KUR, khususnya KUR syariah.
"Kalau kita ke individu, overhead costnya tinggi. Nah yang cepat adalah dengan cara cluster melalui pesantren," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (13/8).
Penyaluran KUR syariah ini dilakukan melalui program One Pesantren One Product (OPOP) yang bertujuan menciptakan kemandirian umat melalui santri, masyarakat dan pondok pesantren itu sendiri.
Pada dua pekan lalu, Iskandar mengatakan, pemerintah sudah meresmikan program OPOP ke 170 pesantren di berbagai daerah di Indonesia. Dalam dua pekan mendatang, pemerintah akan kembali melakukannya di pondok pesantren daerah Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.
Iskandar menjelaskan, potensi penyaluran KUR syariah di Indonesia sangat besar dan akan terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri halal di Indonesia. Hal ini juga sudah diakui oleh BRI Syariah sebagai salah satu penyalur KUR syariah.
Menurut Iskandar, BRI syariah sudah meminta tambahan plafon Rp 1,5 triliun untuk menyalurkan KUR syariah pada tahun ini. "Artinya, demandnya mulai meningkat," tuturnya.
Berdasarkan data yang diberikan Iskandar, total penyaluran KUR syariah pada Januari sampai Juni 2020 sudah mencapai Rp 1,39 triliun dengan total outstanding Rp 1,30 triliun. Penyaluran yang dilakukan empat bank penyalur ini sudah menjangkau ke 32 ribu debitur.
Secara akumulasi, penyaluran KUR syariah dari April 2015 hingga Juni 2020 sebesar Rp 3,82 triliun ke lebih dari 105 ribu debitur. Besaran outstandingnya pada periode yang sama mencapai Rp 2,24 triliun.
Penyaluran terbesar dilakukan BRI Syariah, yakni mencapai Rp 1,35 triliun untuk periode Januari sampai Juni 2020 atau berkontribusi 97 persen dari total penyaluran. Debiturnya mencapai 32 ribu orang untuk periode yang sama dengan tingkat Non Performing Financing (NPF) satu persen. []
Sumber: Republika
0 komentar:
Posting Komentar