JAKARTA -- Kinerja reksa dana syariah terus mengalami perbaikan. Hal tersebut sejalan dengan kondisi pasar saham domestik yang mulai menunjukkan tren positif sejak anjlok sangat tajam pada Maret tahun lalu.
Direktur Utama Mandiri Investasi Alvin Pattisahusiwa mengatakan, kinerja reksa dana syariah cukup kompetitif. "Hal ini dikarenakan recovery yang terjadi setelah krisis Covid-19 merupakan broad based sehingga hampir seluruh sektor mengalami perbaikan," kata Alvin di Jakarta, Selasa (5/1).
Dari sisi dana kelolaan, hingga 30 November 2020, Asset Under Management (AUM) reksa dana syariah secara industri mengalami pertumbuhan mencapai 32,5 persen year to date (ytd). Sementara itu, AUM Reksa Dana Syariah kelolaan Mandiri tumbuh mencapai 75 persen untuk periode yang sama.
Sepanjang 2020 lalu, Alvin mengakui reksa dana saham memiliki return yang paling rendah. Hal tersebut juga tecermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) yang masih mengalami koreksi sepanjang tahun lalu.
Kendati demikian, Alvin melihat, reksa dana saham syariah berpotensi berkinerja paling optimal pada 2021. Optimisme tersebut didorong oleh asumsi ekonomi pada 2021 yang diprediksi akan mengalami perbaikan dibandingkan kondisi perekonomian pada 2020.
Pada tahun ini, Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) berpotensi menguat. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, pemulihan ISSI seiring dengan pemulihan sejumlah emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Secara year to date, walaupun sempat beberapa kali tertinggal oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) akibat penguatan sektor finansial, kinerja ISSI sepanjang 2020 cukup mirip dengan kinerja IHSG," kata Hendriko.
Dia menjelaskan, pada penutupan perdagangan 2020, IHSG mengalami koreksi 5,09 persen (ytd). Namun sejak anjlok ke level terendah pada Maret tahun lalu, IHSG telah tumbuh sebesar 52,85 persen pada akhir 2020.
Hendriko melihat hampir semua sektor menjadi pendorong pemulihan ISSI. Namun sektor yang signifikan mendorong laju ISSI adalah emiten sektor tambang seperti Adaro Energy, PTBA, Antam, Vale Indonesia, dan Merdeka Copper and Gold. Beberapa emiten dari sektor lain seperti United Tractor, Mayora, dan Indah Kiat Pulp and Paper juga memiliki bobot yang relatif besar untuk ISSI.
Untuk kinerja 2021, menurut Hendriko, masih ada potensi kenaikan pada ISSI. Sektor yang berada pada tren positif yaitu tambang dan perdagangan. "Untuk potential upside secara teknikal ISSI berpotensi menguji level resisten selanjutnya pada level 194 dengan target upside sekitar 10 persen," ungkapnya.
Sementara itu, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan ISSI akan mengalami tekanan pada kuartal I 2021. Menurutnya, tekanan ini dipicu oleh pengetatan kebijakan lockdown di sejumlah negara untuk mengatasi Covid-19.
"Saya melihat secara pergerakan teknikalnya melemah, di beberapa negara dunia pun melakukan lockdown kembali atas kasus Covid-19 yang kabarnya bermutasi dan bertambahnya kasus baik dunia maupun Indonesia," ujar Herditya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan kondisi pasar keuangan Indonesia terus menunjukkan perbaikan dan tren positif. Ia memprediksi IHSG bisa mencapai level 6.800 hingga 7.000 pada akhir tahun ini.
"Hal tersebut mengingat pada 22 Desember 2020 IHSG sempat menyentuh level 6.165 walaupun pada akhirnya sedikit di bawah 6.000," kata Airlangga.
Menurut Airlangga, optimisme tersebut didorong oleh menurunannya risiko ketidakpastian di pasar keuangan global yang tercermin dari volatility index dan credit default index yang sudah semakin membaik. Selain itu, optimisme juga didorong oleh perkembangan isu vaksin Covid-19. Airlangga berharap pendistribusian vaksin bisa menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga mulai menguat terhadap dolar AS. Dalam beberapa bulan terakhir nilai rupiah terapresiasi ke kevel Rp 14.050 per dolar AS. Airlangga melihat, baik IHSG maupun nilai tukar rupiah, telah mendekati level sebelum pandemi.
Sementara itu, BEI menargetkan sebanyak 30 perusahaan akan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) di 2021. Dari target tersebut, Airlangga berharap, jumlah dana yang terhimpun bisa meningkat signifikan. []
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar