majalahtabligh.com

Soal Benci Produk Luar Negeri, Ekonom: Kalau Dibalas Gimana?


JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Perdagangan menyiapkan kebijakan dan strategi untuk mengembangkan pasar produk nasional khususnya UMKM. Ia pun meminta agar jajarannya mendorong masyarakat untuk mencintai dan mendukung produk-produk dalam negeri serta menggaungkan untuk membenci produk-produk luar negeri.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan, tujuan ajakan itu sebetulnya baik karena mengajak untuk menggunakan produk dalam negeri. Namun, semestinya ajakan dari seorang presiden bisa lebih diplomatif.

"Khawatirnya kalau kita gaungkan benci produk luar negeri, lalu dibalas benci produk Indonsia bagaimana? Kita jadi tidak bisa ekspor," kata Heri kepada Republika.co.id, Kamis (4/3).

Ia mengatakan, di banyak negara saat ini memang sudah mulai intens untuk mengajak masyarakatnya mengutaman produk dalam negeri. Namun, dilakukan dengan slogan-slogan yang fokus pada negeri sendiri tanpa menyinggung negara lain.

Heri melanjutkan, yang terpenting adalah bagaimana agar pemerintah bisa memperkuat posisi industri dalam negeri untuk melakukan substitusi produk impor. "Itu kan perlu roadmap, apa yang mau dikurangi impornya harus diimbangi dengan kemampuan industri. Kalau kita langsung kurangi impor nanti kekurangan barang repot juga," ujar dia.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah soal harga barang substitusi impor. Ia menekankan, harga juga harus bisa bersaing agar masyarakat benar-benar mengutamakan produk dalam negeri.

"Slogan yang harus dibangun itu aku cinta produk indonesia, produk lokal, atau made in indonesia 2022. Banyak sebenarnya di berbagai negara. Tapi kalau statement benci itu menyerang, ya kita nanti balas. Jadi fokus ke industri kita saja," katanya.

Lebih lanjut, ia menilai pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sudah memiliki semangat untuk substitusi impor. Salah satunya dalam target penurunan impor produk manufaktur sebanyak 35 persen. Arah itu sudah baik, namun harus diiringi dengan tindakan agar utilisasi dan produktivitas industri dalam negeri ikut membaik. []

Sumber : Republika

Share on Google Plus

About PebisnisMuslim.com

Pebisnis Muslim News adalah situs informasi bisnis dan ekonomi Islam yang dikelola oleh Pebisnis Muslim Group.

0 komentar:

Posting Komentar