Pandemi Covid-19 mengubah pola konsumsi masyarakat menjadi lebih sering menggunakan teknologi, salah satunya untuk pesan-antar makanan. Dalam survei yang dilakukan CLSA Indonesia pada 450 responden, sebanyak 70 persen di antaranya menjadi lebih sering memesan makanan secara daring dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
"Survei kami menunjukkan, 70 persen dari 450 responden lebih sering memesan makanan secara online daripada sebelumnya," ujar Analis CLSA Indonesia, Jonathan Mardjuki, dalam keterangan resmi, Sabtu (6/3).
Survei yang dilakukan secara acak terhadap 450 responden itu berasal dari berbagai wilayah, mayoritas berasal dari Jabodetabek. Dengan penghasilan atau gaji bulanan yang juga berbeda. Golongan gaji Rp 4 juta sampai 6 juta, Rp 7 juta sampai 10 juta, Rp 11 juta sampai 20 juta dan di atas Rp 20 juta juga memiliki proporsi 19 persen sampai 23 persen. Sedangkan responden berpenghasilan di bawah Rp 3 juta atau tidak memiliki penghasilan bulanan sama sekali, seperti pelajar atau mahasiswa, memiliki proporsi 10 persen.
Selain tingkat pendapatan, hasil survei juga dilakukan pada preferensi merek, seberapa teratur memesan makanan secara online, dan beberapa faktor lainnya. Saat ini, ada dua startup sebagai pemain besar dalam bisnis pesan-antar makanan, yakni GoFood dan GrabFood. Survei tersebut menunjukkan, 35 persen responden memilih GoFood dan 20 persen GrabFood. Sedangkan sisanya sebanyak 45 persen responden menggunakan kedua aplikasi tersebut untuk melakukan pemesanan makanan secara online.
Ada beberapa kategori yang dinilai mengenai alasan responden memilih aplikasi pesan-antar makanan online dalam survei tersebut. Di antaranya yaitu loyalitas pelanggan dan diskon. GoFood unggul untuk kategori loyalitas, sedangkan GrabFood unggul dalam kategori diskon.
"GoFood, menurut kami, memiliki pelanggan yang lebih setia, di mana tiga keuntungan teratas dari penggunaan aplikasi adalah familiar dengan aplikasi, ketergantungan pada GoPay atau e-wallet, dan ramah pengguna," jelasnya.
Sementara Grabfood unggul pada kondisi sebaliknya. Menurut hasil riset, sebesar 60 persen responden percaya diskon besar adalah keuntungan utama. Meski demikian, Jonathan menilai keduanya memiliki persaingan yang sehat dalam bisnis tersebut. Hal ini pun diharapkan semakin berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.
รขKami menemukan pelanggan Gojek lebih loyal. Kami juga menilai Grab lebih agresif dalam mengamankan penyewa. Secara keseluruhan, menurut kami persaingan yang sehat antara kedua raksasa tersebut akan berdampak positif bagi pasar Indonesia," kata Jonathan. []
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar