JAKARTA -- PT Rekayasa Industri (Rekind) yang merupakan anggota holding Pupuk Indonesia menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan lisensi teknologi komersial Merah Putih. Kerja sama tersebut telah dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman antara Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih dengan Plt Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto pada Senin (24/1).
Triyani menilai, kerja sama ini sangat strategis dalam mendukung terwujudnya industri nasional yang efektif dan efisien. Selain itu, agar industri dapat memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri guna mendukung transisi energi, pengurangan karbon, ekonomi sirkular, dan percepatan penyediaan infrastruktur industri 4.0.
"Komitmen Rekind dalam pengembangan teknologi Merah Putih ini merupakan salah satu bagian dari transformasi bisnis perusahaan dalam menghadapi perubahan industri global, serta membawa misi meningkatkan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dan daya saing industri nasional," ujar Triyani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/1).
Dalam kerja sama ini, Rekind dan BRIN akan mengembangkan penelitian dan riset yang berpijak pada pengembangan teknologi proses dalam bidang dekarbonisasi, energi baru dan terbarukan (EBT), pengolahan mineral semikonduktor, dan produk kimia berkelanjutan.
Cakupan kerja sama juga akan diperluas hingga peningkatan kompetensi dalam bidang rancang bangun, pengembangan sumber daya manusia, dan pemanfaatan bersama infrastruktur riset.
Menurut Triyani, kerja sama tersebut sejalan dengan kompetensi Rekind yang dikenal sebagai perusahaan engineering, procurement, and construction (EPC) milik negara. Rekind telah berkiprah selama 40 tahun dalam membangun industri pupuk, petrokimia, migas, serta infrastruktur energi dan mineral. Triyani menyebut kompetensi Rekind di bidang EPC bisa menjadi kunci hilirisasi dari riset-riset teknologi proses yang dilakukan lembaga-lembaga riset yang kini berada di bawah naungan BRIN.
"Bagi Rekind, pengembangan teknologi juga bukan merupakan hal baru. Sebelumnya, kami bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dalam pengembangan teknologi pemurnian logam tanah jarang dari monasit dengan target dapat digunakan di skala komersial pada 2024," ucap Triyani.
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar