JAKARTA -- Satu lagi perusahaan raksasa berbasis teknologi akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setelah PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), kini giliran PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk yang melepas sahamnya ke publik melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Dari IPO ini, GoTo berpotensi meraup dana jumbo sebesar Rp 17,99 triliun dengan melepaskan sebanyak 52 miliar lembar saham dikisaran harga Rp 316 hingga Rp 346 per lembar saham. Sementara kapitalisasi pasar GoTo diperkirakan mencapai antara Rp 376,6 triliun sampai Rp 413,7 triliun.
Meski harga yang ditetapkan terkesan lebih murah dibanding BUKA saat IPO, nasib GoTo diperkirakan tidak akan jauh berbeda dari saham rivalnya tersebut. Sejak IPO, saham BUKA telah turun drastis dari Rp 850 hingga saat ini berada pada posisi terendahnya di level Rp 276.
Pengamat Pasar Modal dan Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai, valuasi GoTo sangat tinggi dan tidak sejalan dengan kinerja perusahaan yang masih merugi. Berdasarkan laporan keuangannya, Goto mencatatkan kerugian sebesar Rp 14,20 triliun sepanjang 2020. Sedangkan per September 2021, GoTo masih merugi Rp 11,58 triliun.
"Kalau GoTo ini dilihat dari harga sahamnya kelihatannya memang lebih murah dari BUKA waktu IPO. Namun seluruh sahamnya di Bursa dihargai Rp 400 triliun, lebih tinggi dari BUKA, artinya valuasi GoTo ini sangat mahal," kata Teguh, Selasa (15/3).
Teguh juga membandingkan valuasi GoTo dengan PT Astra International Tbk (ASII). Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 255 triliun serta memiliki kinerja yang cemerlang, menurut Teguh, valuasi saham ASII masih lebih murah dibandingkan dengan GoTo.
Selain itu, Teguh menilai opsi greenshoe yang digunakan untuk menjaga stabilisasi harga saham setelah IPO dinilai tidak cukup menjamin GoTo tidak akan bernasib sama dengan BUKA. Meski dapat menahan penurunan, menurut Teguh, kesempatan harga saham GoTo untuk naik sangat berat karena perusahaan masih rugi dan valuasinya masih tinggi.
Menanggapi IPO GoTo ini, Teguh mengatakan sebaiknya investor bersikap wait and see. Pasalnya, saat ini bukan momentum yang tepat bagi perusahaan teknologi untuk IPO. "Pada saat BUKA IPO memang momentum saham-saham teknologi sangat diminati, tapi saat ini tidak. Amazon, Alibaba, dan Netflix bahkan sudah turun semua, jadi momentumnya sudah lewat," kata Teguh.
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar