Pendiri Microsoft Bill Gates mengaku khawatir dengan ekonomi global akhir-akhir ini. Sang miliarder filantropi mengatakan faktor-faktor seperti perang Rusia di Ukraina dan kejatuhan ekonomi pasca pandemi menciptakan "argumen kuat" bahwa dunia akan melihat perlambatan ekonomi dalam waktu dekat.
“Itu datang di atas pandemi di mana tingkat utang pemerintah sudah sangat, sangat tinggi, dan sudah ada masalah rantai pasokan,” kata Gates. “Ini kemungkinan akan mempercepat masalah inflasi yang dimiliki ekonomi dunia kaya, dan memaksa kenaikan suku bunga yang pada akhirnya akan mengakibatkan perlambatan ekonomi.”
Melansir CNBC International di Jakarta, Rabu (11/5/22) Gates menambahkan upaya negara-negara untuk meredam kenaikan inflasi dengan menaikkan suku bunga adalah faktor lainnya yang dapat mengakibatkan perlambatan ekonomi.
Komentarnya menguatkan pendapat para pemimpin global seperti Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang mengatakan pada bulan April bahwa serangan Rusia terhadap Ukraina akan memiliki dampak ekonomi yang sangat besar bagi dunia.
Regulator di beberapa negara, seperti Inggris, India, dan AS baru-baru ini menaikkan suku bunga mereka untuk memerangi rekor tingkat inflasi, sebagian berasal dari efek pandemi. Di AS, Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar setengah poin persentase, menjadi kenaikan terbesar dalam dua dekade.
Menurut Survei Fed CNBC Mei, yang mensurvei panel yang terdiri dari 30 ekonom, manajer dana dan ahli strategi, banyak ahli percaya bahwa kenaikan suku bunga yang agresif itu pada akhirnya dapat memicu resesi selama tahun depan. Gates tampaknya setuju, meskipun peringatannya tentang perlambatan gagal memenuhi prediksi resesi.
"Saya khawatir bearish yang satu ini memiliki argumen yang cukup kuat yang sangat mengkhawatirkan saya," kata Gates.
Beberapa peramal saat ini berpendapat bahwa resesi tidak mungkin terjadi, setidaknya dalam waktu dekat. Sebagian besar Wall Street masih bertaruh melawan resesi, dengan Goldman Sachs menempatkan peluang resesi dalam 12 bulan ke depan hanya 15%, meskipun jumlah itu melonjak menjadi 35% selama dua tahun ke depan.
Tak hanya Bill Gates yang memiliki USD120 miliar (Rp1.744 triliun) yang khawatir. Perubahan kekerasan pasar saham baru-baru ini, bersama dengan penurunan mengejutkan produk domestik bruto AS pada kecepatan 1,4% pada kuartal pertama tahun ini, membuat banyak orang khawatir tentang kesehatan jangka panjang ekonomi.
Pada bulan April, sebuah survei oleh CNBC dan Acorns menemukan bahwa 81% orang Amerika khawatir resesi akan melanda AS pada tahun 2022. []
Sumber: Warta Ekonomi
0 komentar:
Posting Komentar