“Ku lihat ibu pertiwi sedang brsusah hati. Air matanya berlinang. Mas intan nya terkenang. Hutan gunung sawah lautan simpanan kekayaan. Kini ibu sedang lara. Merintih dan berdoa”
Setiap bait lagu tersebut, sepertinya cukup mewakilkan keadaan Indonesia saat ini.
Negeri ini sedang bersusah hati dan kita bisa melihatnya dari RAPBN 2016 yang diajukan oleh pemerintahan Jokowi-JK kepada DPR.
Bagaimana tidak membuat kita bersusah hati, segala kebijakan yang
direncanakan justru malah membuat rakyat makin sulit. Beberpa hal diantara kebijakan itu adalah pengurangan subsidi yang dilakukan terus menerus dan utang luar negeri yang makin menumpuk.
direncanakan justru malah membuat rakyat makin sulit. Beberpa hal diantara kebijakan itu adalah pengurangan subsidi yang dilakukan terus menerus dan utang luar negeri yang makin menumpuk.
Kita mungkin masih ingat, pada bulan Oktober 2014 lalu pemerintah melakukan pencabutan subsidi Bahan Kabar Minyak (BBM) yang mengakibatkan harga premium meningkat. Hal itu dilakukan dengan alasan subsidi terlalu membebani pemerintah dan harga minyak dunia sedang naik.
Namun, nyatanya walaupun harga minyak dunia kini anjlok drastis hingga kisaran US$ 40-an perbarel, pemerintah tetap tak menurunkan dengan alasan Pertamina masih merugi.
Kini, di RAPBN 2016, pemerintah lagi-lagi mengurangi subsidi listrik bagi pelanggan 900 KWh dan subsidi pupuk. Itu sema tentunya membuat rakyat makin susah. Persis seperti apa yang digambarkan oleh lagu Ibu Pertiwi, kini rakyat harus siap-siap melinangkan air mata atas kedzaliman kebijakan-kbijakan para penguasa negeri ini.
Subsidi telah dikuangi dengan alasan membebani APBN pemerintah, tapi RAPBN masih saja mengalami defisit.
Itu artinya pengeluaran lebih banyak di bandingkan denga pemasukan dan hal tersebut menandakan pula buruknya pengelolaan keuangan.
Pemasukan APBN sendiri, sebagian besar diambil dari pajak, sedangkan dari sumberdaya alam tak lebih banyak dari pajak.
Padahal kita sering mengagung-agungkan sebagai negeri kaya sumber daya alam, Zambrud Khatulsitwa, tapi nyatanya “mas intan nya terkenang” karena sebagian besar sudah dikuasai asing, bahkan hutan, gunug (emas) dan lautan (sumber minyak) pun telah diswastanisasi.
Jargon-jargon tentang kekayaan Indonesa hanya sebatas omong kosong belaka.
Jika pengeluaran lebih banyak daripa pemasukan, artinya Indonesia ini kembali melakukan pinjaman luar negeri, yang sebenarnya sangat membahayakan. Hutang Indonesia yang menumpuk bisa menjadikan kita tidak memiliki kedaulatan sepenuhnya dalam menentukan kebijakan, karena banyak campur tangan asing.
Selain itu utang tersebut pasti mensyaratkan bunga yang tentunya semakin memberatkan negeri ini.
Kesusahan hati negeri ini lengakplah sudah. Kini benar-benar sedang lara dan hanya bisa merintih dan berdoa pada yang Maha Kuasa. Seharusnya tidak hanya sekedar berdoa, tapi juga berusaha menerapkan aturan Sang Maha Kuasa itu. Bukankah kita meyakini jikalau Sang Maha Kuasa itu bisa mengubah segalanya?
Jika kita yakin, seharusnya kita pun tunduk untuk menerapkan aturan-Nya. Jika kita tidak yakin, pantas saja kesempitan selalu menghimpit negeri ini, karena telah melalaikan perintah-Nya.
Maka dari itu patut kita renungkan firman Allah yang satu ini (Q.S. Thaha 124). Artinya, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan mengumpulannya pada hari kiamat dalam keadaaan buta.”
Nurjihan Begum Amir
Mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran
Mahasiswa Psikologi Universitas Padjadjaran
0 komentar:
Posting Komentar