JAKARTA -- Pemerintah telah menyerap dana sebesar Rp 7,0 triliun dari
lelang lima seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (12/9)
dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp 27,59 triliun. Lelang SBSN
tersebut tercatat merupakan incoming bid terbesar sepanjang tahun 2017.
Direktur
Pembiayaan Syariah Direktorat Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Suminto
menjelaskan, jumlah dana yang diserap tersebut berasal dari seri
SPN-S13032018, PBS013, PBS014, PBS011 dan PBS012.
"Lelang kemarin mencatat incoming bid terbesar sepanjang 2017. Dari incoming bid
sebesar Rp 27,59 triliun tersebut, dimenangkan sebesar Rp 7 triliun,
lebih besar dari target indikatif sebesar Rp 5 triliun," ujar Suminto
kepada Republika, Rabu (13/9).
Menurut Suminto, selain karena kondisi pasar keuangan yang sedang bagus, besarnya incoming bid ini juga didukung oleh permintaan asing yang cukup besar, yaitu Rp 12,56 triliun.
Termasuk
hasil lelang tanggal 12 September sebesar Rp 7 triliun tersebut, hingga
hari ini, sepanjang tahun 2017 ini telah diterbitkan SBSN sebesar Rp
158,54 triliun. Terdiri dari Rp 39,97 triliun Global Sukuk dalam dolar
AS, Rp 14,04 triliun Sukuk Ritel, Rp 2 triliun Sukuk Dana Haji Indonesia
(SDHI), serta Rp102,54 triliun SBSN seri lelang (seri PBS dan SPN-S).
Semakin
besarnya penerbitan SBSN juga berdampak pada ketertarikan investor
asing yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari kepemilikan SBSN domestik
tradable oleh investor asing naik dari Rp 8,87 triliun pada akhir 2016
menjadi Rp 20,81 triliun per 11 September 2017 (net buy sekitar Rp 12
triliun).
"Termasuk hasil lelang tanggal 12 September sebesar Rp 7
triliun tersebut, maka outstanding SBSN menjadi Rp 525,69 triliun,
terdiri dari Rp 164,43 triliun dalam dolar AS dan Rp 361,26 triliun
dalam rupiah," jelas Suminto.
Sebelumnya pemerintah telah
menyerap dana sebesar Rp 7 triliun dari lelang lima seri Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) pada Selasa (29/8) dengan total penawaran yang
masuk sebesar Rp 26,43 triliun. Dengan demikian, nilai penawaran kali
ini lebih tinggi dari sebelumnya serta dengan penyerapan yang sama. []
Sumber: Republika
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar