Sandang adalah kebutuhan kedua setelah pangan, mandiri pangan sudah saya bahas pendekatannya melalui Industry 0.0 pada tulisan sebelumnya. Maka kali ini saya akan membahas bagaimana negeri tercinta ini bisa mandiri dalam urusan sandang dan kebutuhan lain yang terkait tekstil melalui pendekatan Industry 0.0
Sejak negeri ini merdeka 3/4 abad lalu, kita belum bisa mandiri dalam urusan sandang ini. Awalnya kita tidak bersaing dalam urusan bahannya - karena kita tidak bisa memproduksi kapas secara efektif. Di tahun-tahun belakangan malah kita juga kalah bersaing dalam industri hilirnya, sampai-sampai produksi batik saja yang dahulu merupakan keunggulan tradisi beberapa daerah kita - kini kita tidak tahu lagi mana yang kita produksi dan mana yang dihasilkan oleh suatu pabrik nun jauh di China sana.
Dengan pendekatan Industry 1.0 s/d 4.0 sekalipun kita akan sulit bisa bersaing dengan produsen tekstil dan turunannya dengan negara seperti China. Pasalnya selain negeri itu memiliki bahan bakunya, seluruh jenis mesin-mesin industry juga diproduksi sendri di negeri itu - disamping policy pemerintahnya yang sangat mendukung kegiatan ekspor.
Maka kita harus bisa benar-benar out of the box untuk bisa mandiri tekstil ini dan menghentikan serbuan tekstil murah dari China - dengan produk kita sendiri. Dengan apa kita akan melakukannya ? Tidak harus dengan produk yang lebih murah, tetapi bisa juga dengan produk dengan kualitas yang lebih tinggi, lebih sustainable dan lebih ramah lingkungan - yang terakhir ini belakangan bahkan mendapatkan tempat tersendiri di pasar internasional. Jadi bukan hanya mempertahankan pasar kita sendiri, tetapi kita juga bisa ovensif ke pasar global di bidang pertekstilan ini.
Dengan apa kita akan melakukannya ? Dengan produk tekstil masa depan, dengan teknologi tinggi - namun bisa dikerjakan dengan sangat efisien oleh rakyat banyak dalam ekosistem Industry 0.0. Produk tekstil masa depan ini nama generiknya adalah Non-Woven Fabrics (sebut saja NWF). Yaitu produk tekstil yang tidak perlu dipintal benangnya, dan tidak perlu ditenun kainnya.
Dengan demikian kita tidak perlu impor mesin pemintal benang maupun mesin penenun kain dari China - satu hal kita sudah meninggalkan ketergantungan dari mesin impor. Lantas bahan bakunya, NWF tidak menggunakan serat seperti kapas yang sekitar 97.5 % dari kebutuhan kita harus kita impor. NWF bisa menggunakan limbah buah, kelapa dikombinasikan dengan serat bambu yang melimpah di kita sumbernya. Dengan dua hal ini kita sudah tidak ada ketergantungan pada mesin maupun bahan impor.
Lantas dari sisi investasi atau modal, meskipun teknologi yang kita perkenalkan di Industry 0.0 ini bisa sangat tinggi, pada saat yang bersamaan - dia tidak harus mahal. Maka tingkat koperasi di desa atau Badan Usaha Milik Desa (BUMD) dan bahkan pengrajin individual-pun bisa digerakkan untuk terlibat dari hulu sampai hilir dari Industry 0.0 bidang pertekstilan ini.
Dari melibatkan masyarakat seluas mungkin ini, maka ini berarti juga lapangan kerja dan pertumbuhan PDB yang akan sangat berarti di tengah resesi pasca pandemi yang akan membayangi dunia hingga beberapa tahun ke depan. Mahatma Gandhi dari India menggunakan isu kemandirian tekstil untuk membawa India merdeka hingga membuat rakyatnya unggul di bidang pertekstilan hari ini, mengapa tidak kita memimpin untuk industry pertekstilan era berikutnya yang kita sebut NWF tersebut di atas ?
Produk yang akan kita hasilkan insyaAllah berupa tekstil kualitas sangat tinggi, dia bisa selembut sutra dan sekuat baja karea tekstil masa depan ini tidak kita buat dari serat yang biasa-biasa. Kita kombinasikan antara serat bambu yang sudah terbukti unggul dalam kelembutan dan kemampuannya menyerap keringat, dengan serat seukuran nano yang terbuat dari Bacterial Nanocellulose (BNC).
Dengan kombinasi keduanya, tekstil yang kita hasilkan selain sangat adem, lembut tetapi dia juga sangat-sangat kuat. Dan ini dihasilkan tidak harus oleh industry padat modal yang hanya bisa dikuasai segelintiir orang, di era Industry 0.0 masyarakat awam seperti kita-kita insyaAllah asal mau belajar dan mengasah keterampilan saja akan bisa membuatnya.
Bila Mahatma Gandhi di abad lalu mengajari rakyat India mengenal dan terampil menggunakan Cakhra - alat pintal portable yang hingga kini gambarnya jadi bendera India, yang kita ingin ajarkan ke masyarakat luas dengan konsep Industry 0.0 ini adalah mengenal dan terampil memberdayakan pasukan yang sangat kecil tetapi sangat terampil dalam pekerjaannya - yaitu para microba yang tersedia melimpah di alam dan sangat mudah berkembang biak.
Proses produksi Non-Woven Fabrics (NWF) sendiri memang titik kritisnya di pendayagunaan tenaga kerja yang tidak perlu dibayar ini - yaitu perbagai bangsa microba. Ada dari bangsa bakteri, khususnya dari keluarga Acetic Acid Bacteria (AAB) yang kita tugasi men-sintesa air kelapa dan limbah buah-buahan menjadi serat yang sangat kecil dan sangat murni - yang ukuran seratnya hanya berdiameter 100 nanometer dan panjang hingga 10 mikrometer - serat yang terlilit dari Nanocellulose yang diameternya hanya 1 sampai 2 nanometer saja.
Ada bangsa lain yang tugasnya terbalik dari AAB, dia bukan men-sintesa tetapi sebaliknya mengurai atau men-decompose batang dan daun bambu hingga menjadi serat yang berdiameter sekitar 10 sampai 30 mikrometer dan panjang sekitar 1 sampai 4 milimeter. Maka dengan kombinasi keduanya, serat yang satu ukurannya nano sampai mikro, dan yang satu ukurannya mikro sampai mili inilah kita akan buat kain yang tidak perlu memintal benang dan menenun kainnya.
Serat-serat yang relatif besar, kita tebar dengan orientasi atau arah yang teratur, kemudian serat-serat yang sangat kecil kita semprotkan sehingga membentuk orientasi yang tidak beraturan. Ketika keduanya dikeringkan maka serat-serat dari dua jenis bahan tersebut akan saling mengikat satu sama lain dan membentuk ikatan yang sangat-sangat kuat.
Teknologi ini tidak sepenuhnya baru, tetapi kalau kita lakukan bersama secara massif - maka kitalah yang akan bisa memetik hasilnya untuk masyarakat yang seluas-luasnya. Yang kita butuhkan kini adalah anak-anak muda yang berlatar pendidikan cukup - utamanya kimia dan biologi - kemudian memilki gairah untuk berjuang keras seperti para pemuda di era kemerdekaan dahulu.
Dan kita memang sedang berusaha memperoleh kemerdekaan kita, dari penjajahan ekonomi, dari penjajahan kemiskinan dan dari penjajahan pandemi. Di era pandemi ini, para pemimpin dunia masih pada tenger-tenger terpukul pandemi dan memikirkan negerinya bagaimana bisa bangkit pasca pandemi ini, bahkan ada menteri keuangan dari negara yang sangat maju sampai bunuh diri - karena masalah yang dihadapinya tidak terbayang ada solusinya.
Bagi kita seperti era kemerdekaan dahulu, nothing to loose, kita mencoba berjuang keras untuk berubah - dengan demikian ada peluang kita untuk berhasil, kalau toh gagal kita -pun telah berusaha keras - insyaAllah sudah ada pahala tersendiri dari apa yang telah kita upayakan. Silahkan menghubungi kami bila Anda merasa dapat berperan dan berkontribusi dalam upaya ini. InsyaAllah.
Sumber : geraidinar.com
0 komentar:
Posting Komentar