Perusahaan rintisan alias startup berkembang pesat, terutama kala merebaknya pandemi COVID-19. Perusahaan-perusahaan yang mengadopsi teknologi sebagai fondasinya ini, terbukti memiliki ketahanan saat berbagai aktivitas dibatasi saat pandemi.
Presiden Jokowi menangkap keberadaan startup ini seb agai peluang. Pemerintah, kata Jokowi, melirik sektor ekonomi digital ini sebagai salah satu sumber ekonomi baru yang sangat potensial.
"Transformasi ekonomi digital juga tidak luput dari perhatian kita. Potensi ekonomi digital kita di tahun 2025 diperkirakan sekitar USD 124 miliar," ujar Jokowi dalam pembukaan rakernas ICMI, Sabtu (29/1).
Indonesia sendiri saat ini memiliki ekosistem ekonomi digital yang cukup besar. Ini terlihat dari jumlah startup yang mencapai angka ribuan.
Beberapa di antaranya sudah berstatus unicorn, alias perusahaan dengan valuasi aset sudah mencapai USD 1 miliar. Selain itu ada juga satu perusahaan yang telah berstatus decacorn, alias valuasinya sudah mencapai USD 10 miliar.
"Kita juga sudah memiliki 2.229 startup. Kita punya 1 decacorn dan 8 unicorn," pungkas Jokowi.
Satu perusahaan yang saat ini berstatus decacorn adalah Gojek. Sedangkan 8 unicorn yaitu Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, OVO, J&T Express, OnlinePajak, Xendit, dan Ajaib.
Adapun Gojek dan Tokopedia saat ini sudah membentuk entitas super aplikasi baru bernama Goto setelah melakukan merger. Valuasi Goto tercatat mencapai USD 40 miliar atau setara Rp 572 triliun.
Selain perusahaan-perusahaan rintisan, adaptasi teknologi digital juga sudah gencar dilakukan usaha kecil menengah dan mikro (UMKM). Selama lima tahun terakhir, kata Jokowi, sebanyak 8,4 juta UMKM sudah terhubung dengan platform digital.
"Dipastikan data ini akan terus bertambah. Saya meyakini akan terus bertambah," ujar Presiden Joko Widodo. []
Sumber: KumparanBisnis
0 komentar:
Posting Komentar