JAKARTA - Ekonomi digital di Indonesia terus menggeliat. Hal ini ditandai dengan transaksi e-commerce yang meningkat pesat, begitu juga dengan layanan pemesanan makanan secara online serta online payment. Namun di sisi lain, kinerja operator telekomunikasi justru mengalami penurunan.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Merza Fachys menyampaikan, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2022 mencapai 215,6 juta. Angka ini setara dengan 78,2% dari total populasi.
"Jumlah pengguna internet di Indonesia ini di atas rata-rata Asia yang baru 73%," kata Merza dalam acara Selular Awards ke-20 yang digelar Selular Media Network, Senin (26/6/2023).
Data lainnya menunjukkan, 98% masyarakat Indonesia mengakses internet melalui handphone, dan menghidupkan 353 juta nomor seluler aktif. Dari segi entitas usaha, 94% pelaku usaha sudah menggunakan internet.
Keberadaan internet juga telah menggerakkan roda ekonomi baru. Merza menyampaikan, transaksi e-commerce pada 2022 mencapai US$ 55,9 miliar atau sekitar Rp 750 triliun. Pemesanan makanan online di periode yang sama mencapai US$ 1,4 miliar atau lebih dari Rp 20 triliun, tumbuh 26,3% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Belum lagi kinerja platform lain seperti platform musik hingga video-on-demand.
"Jadi demikian hebatnya industri ini (telekomunikasi, Red) menggerakkan ekonomi yang lain. Yang lebih fantastik lagi, seluruh transaksi yang tadi itu 86% dibayar melalui online payment," ungkap Merza.
Di sisi lain, pendapatan operator seluler menurut Merza masih belum seberapa dibandingkan sektor-sektor yang berhasil digerakkan oleh keberadaan internet. Pada akhir 2022, revenue operator seluler hanya sekitar Rp 168 triliun.
"Dalam satu dekade terakhir, operator yang tadinya ada 11, sekarang tinggal empat. Laporan tahun 2022 dari empat operator dibandingkan 2021, revenue naik tapi tipis, hanya 1,8% sampai 6%. Kemudian laba operator turun antara 12% sampai 30%. ARPU tidak usah ditanya, pasti turun," papar Merza.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran Merza terhadap masa depan industri telekomunikasi di Indonesia.
"Kita melihat bagaimana kontradiksi ini bisa terjadi. Di saat ekonomi yang di-enabler tumbuh dahsyat, di saat platform yang ditumpangi oleh seluruh pengguna internet tumbuh bagus, tetapi ternyata operator telekomunikasi sedang merana. Indikator-indikator ini harusnya menjadi pertanda bahwa ada yang harus dibenahi pada sektor kita ini, khususnya pada area penyelenggara telekomunikasi, lebih khusus lagi operator seluler, sebelum keadaan yang lebih krisis terjadi," kata Merza.
Sumber: Berita Satu
0 komentar:
Posting Komentar