JAKARTA -- Produk investasi reksadana syariah mengalami pertumbuhan
cukup signifikan. Berdasarkan data statistik reksadana syariah dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB)
reksadana syariah mencapai 38,25 persen (ytd) pada Agustus 2017
dibandingkan posisi Desember 2016.
Pertumbuhan tersebut di atas
NAB reksadana konvensional yang naik 25,54 persen (ytd) pada periode
yang sama. NAB reksadana syariah pada Desember 2016 tercatat sebesar Rp
14,91 triliun meningkat menjadi Rp 20,62 triliun pada Agustus 2017.
Di
samping itu, jumlah produk reksadana syariah juga tercatat mengalami
peningkatan dari 136 produk pada Desember 2016 menjadi 160 produk per
Agustus 2017. Jika dibandingkan 2010, jumlah produk reksadana syariah
hanya 48 produk, dan total NAB sebesar Rp 5,22 triliun.
Meski
demikian, perkembangan reksadana syariah masih jauh jika dibandingkan
dengan produk reksadana konvensional. Total NAB reksadana konvensional
per Agustus 2017 tercatat sebesar Rp 406,54 triliun, naik 25,54 persen
(ytd) dibandingkan Rp 323,83 triliun pada Desember 2016.
Jumlah
produk reksadana konvensional per Agustus 2017 mencapai 1.469 produk.
Artinya, pangsa pasar reksadana syariah hanya sekitar 5 persen
dibandingkan total reksadana secara nasional.
Analis pasar modal,
Satrio Utomo, mengatakan sebenarnya minat masyarakat untuk berinvestasi
dalam produk syariah cukup tinggi. Apalagi, sekarang masyarakat sangat
tertarik dengan kebarokahan dari investasi. "Itu membuat produk
reksadana syariah diminati," kata Satrio saat dihubungi Republika,
Selasa (17/10).
Selama ini, lanjut dia, rekam jejak kinerja
reksadana syariah tergolong bagus bahkan mengalahkan reksadana
konvensional. Selama ini produk reksadana syariah menarik karena return
lebih tinggi. Dimana sektor konsumer yang merupakan tulang punggung
saham-saham syariah perkembangannya bagus.
"Tapi saat ini sektor
konsumer pertumbuhannya jelek sehingga kinerja reksadana syariah untuk
mengalahkan reksadana konvensional agak berat," tambah Satrio.
Peningkatan
kinerja tahun ini diperkirakan lebih mengarah pada perbaikan kinerja
perbankan. Terdapat semacam usaha pemulihan ekonomi. Sehingga
saham-saham perbankan kinerjanya mengalami peningkatan. "Produk
konvensional akan naik signifikan karena bank-bank dalam kondisi kembali
dari titik terpuruk," ujarnya.[]
Sumber:Republika
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar