JAKARTA - Bank Muamalat didorong untuk masuk ke pembiayaan sektor
infrastruktur dan sekuritisasi aset agar asetnya kembali sehat.
Berdasarkan laporan kinerja per September 2017, rasio pembiayaan
bermasalah (NPF) gross Muamalat tercatat naik menjadi 4,54 persen dari
4,43 persen pada September 2016. Sedangkan NPF net juga mengalami
kenaikan dari 1,92 persen menjadi 3,07 persen.
Pengamat ekonomi
syariah, Adiwarman Karim, mengatakan Bank Mualamat harus segera
meningkatkan asetnya dengan cara memilih aset-aset yang tingkat
pertumbuhannya tinggi dan risikonya rendah. Adiwarman menyarankan agar
Bank Muamalat masuk ke pembiayaan sektor infrastruktur pemerintah yang
memiliki nilai besar dan risiko kecil.
"Risikonya kecil karena proyek pemerintah. Maka rasio NPF Muamalat akan turun drastis," jelasnya saat dihubungi Republika, Senin (13/11).
Kedua, lanjutnya, Muamalat didorong untuk masuk ke segmen yang
petumbuhannya cepat tapi risikonya terkendali. Segmen tersebut yakni
sekuritisasi aset dari pembiayaan kepemilikan rumah (PPR) Muamalat
kepada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF.
Sehingga pertumbuhan aset Muamalat bisa cepat dan risikonya
terkendali, serta mendapat tambahan likuiditas. "Dengan dua hal itu maka
NPF akan cepat sekali turun karena pertumbuhan asetnya cepat," ujarnya.
Di samping itu, Adiwarman juga menyarankan agar Muamalat
menghindari sektor yang berisiko, seperti sektor UKM (Small Medium
Enterprise/SME) serta korporasi swasta. Sebab, menurutnya Muamalat masih
berbenah sehingga sistemnya belum cukup kuat untuk masuk lagi ke
pembiayaan UKM.
Sementara pada sektor korporasi swasta,
Mualamat juga dinilai belum siap. Karena untuk mengantisipasi krisis
tahun depan dari luar negeri akibat persaingan antara Cina dan Amerika
Serikat. "Sehingga Muamalat masuk saja ke proyek infrastruktur
pemerintah yang risikonya terjaga," tegasnya. []
Sumber:Republika
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar