Kementerian Perindustrian terus berupaya mendorong industri kosmetik dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal sebagai bahan baku. Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (2015-2035) disebutkan, industri farmasi, bahan farmasi dan kosmetik merupakan salah satu sektor andalan yang mendapat prioritas pengembangan dan berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian di masa yang akan datang.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengatakan langkah ini adalah salah satu cara untuk memacu substitusi impor.
“Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Indonesia ditargetkan bisa menjadi negara industri yang tangguh,” ujarnya.
Doddy pun menyebut untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas industri kosmetik, salah satu strategi yang dilakukan adalah pengoptimalan teknologi agar bisa menghasilkan inovasi. Ia menegaskan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) di bawah BPPI Kemenperin, yakni Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) memiliki fokus litbang pada sediaan kosmetik atau farmasi berbasis bahan alam.
“Produk kosmetik saat ini menjadi sebuah tren atau gaya hidup, dan konsumennya tidak hanya kaum perempuan saja. Selain itu, konsumen semakin menggemari produk perawatan kulit (skincare) yang back to nature,” tutur Doddy.
Menurutnya, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negara penghasil produk jamu dan kosmetik berbahan alami lainnya seperti China, Malaysia maupun Thailand. Sedangkan apabila merujuk data BPS, pada triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik) mengalami pertumbuhan sebesar 5,59%. Bahkan, di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19, kelompok manufaktur ini mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap devisa melalui capaian nilai ekspornya yang menembus USD317 juta pada semester I-2020 atau naik 15,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Indikator tersebut menunjukkan bahwa industri farmasi Indonesia tumbuh dengan pesat dan mampu menyediakan sekitar 70% dari kebutuhan obat dalam negeri,” ujar Doddy. []
Sumber: Republika
0 komentar:
Posting Komentar