JAKARTA -- Peneliti Ekonomi Syariah dari SEBI School of Islamic Azis Setiawan menjelaskan, Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk mendirikan bank syariah sendiri. Salah satu faktor utamanya, Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat (ormas), mempunyai anggota dan amal usaha yang berskala luas.
Hanya saja, Azis menjelaskan, tantangan Muhammadiyah tidak akan mudah. Sebab, pendirian bank syariah membutuhkan visi yang kuat, modal besar dan sumber daya manusia (SDM) yang profesional.
Tantangan utamanya, belum tentu ada kesatuan pandangan secara luas terhadap urgensi kepemilikan bank syariah tersendiri. Azis menjelaskan, di masa lalu, relasi antara ormas Islam dengan kepemilikan bank juga sudah ada preseden dan berakhir dengan tidak sepenuhnya baik. "Terlebih, sirkulasi elit dalam tubuh Muhammadiyah juga cepat," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (27/12).
Di sisi lain, Azis menambahkan, pendirian bank syariah membutuhkan modal cukup besar dengan kebutuhan investasi teknologi yang besar. Tambahan modal dalam tiap tahunnya pun diperkirakan membutuhkan nilai signifikan untuk mendorong pertumbuhan bank.
Dengan demikian, Azis menekankan, kesiapan jangka panjang untuk menjadi pemegang saham pengendali bank syariah harus ditopang permodalan yang kuat. Terlebih, likuiditas besar dari Muhammadiyah selama ini lebih banyak diarahkan untuk menggerakkan roda amal usahanya.
"Maka menjadi penting untuk melakukan konsolidasi dan melihat seluruh potensi Muhammadiyah jika benar ingin mengarah ke sana (pendirian bank syariah)," tutur Azis.
Tantangan berikutnya yang akan dihadapi Muhammadiyah adalah disrupsi teknologi dan dampak dari pandemi. Azis menuturkan, pendirian bank syariah akan membutuhkan tim professional yang sangat kuat dan mampu membangun tata kelola baik. Jika tidak, potensi mismanagement akan sangat besar.
Azis mengatakan, beberapa tantangan itu belum ditambah dengan kondisi pandemi saat ini. Ia menilai, pendirian bank syariah baru mungkin tidak terlalu tepat untuk situasi penuh tekanan sekarang.
Azis menyebutkan, akuisisi bank yang sedang lemah untuk diambil alih dan dikonversi dapat menjadi alternatif lebih realistis apabila semua prasyarat sebelumnya sudah terpenuhi. "Dengan demikian fokus pada pengembangan dan ekspansi bisa lebih cepat dijalankan oleh tim manajemen baru tersebut," ucapnya. []
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar