JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengingatkan, ancaman produk impor ayam Brasil semakin di depan mata. Pasalnya, cepat atau lambat produk tersebut akan masuk seiring kekalahan Indonesia di pengadilan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Seluruh pelaku industri dan peternak ayam diminta mulai bekerja sama demi meminimalisasi serbuan impor.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, Oke Nurwan, menjelaskan, panel sengketa dagang antara Brasil dan Indonesia di WTO akan segera berlanjut. Sebelumnya panel sempat tertunda setelah AS yang menjadi salah satu panelis memilih keluar saat dipimpin oleh Presiden Donald Trump.
Oke menjelaskan, dalam proses terakhir, Indonesia telah mengubah sejumlah peraturan menteri karena kekalahannya dalam sengketa. Namun, Brasil mengajukan banding karena perubahan aturan yang dilakukan Indonesia belum cukup memenuhi dalam tuntutan sengketa.
"Ketika era Trump, kita diuntungkan karena saat Brasil mengajukan banding, Trump keluar jadi kita mengulur waktu dan kita juga tahu diulur waktu pun tidak berbenda. Bagaimana mau berbenah di dalam negeri sendiri ribut," kata Oke dalam Rembuh Perunggasan Nasional IX, Rabu (16/6).
Ia menuturkan, panel akan segera berlanjut setelah setelah hubungan AS dengan WTO membaik pasca dipimpin Presiden Joe Biden. Pemerintah, kata Oke, tentu akan mencari berbagai upaya namun skenario terburuk kekalahan pada hasil akhir harus siap diterima Indonesia.
"Jadi tolong, di dalam negeri mari bergandengan tangan saling menguatkan pasar di dalam negeri, karena pemerintah harus membuka pasar Indonesia bagi negara lain kalau sudah keputusan WTO," kata kata Oke.
Oke menegaskan, setidaknya ada 17 mitra dagang Brasil yang berkaitan dengan perunggasan. Begitu Indonesia kalah, para mitra dagang tentunya akan ikut melirik pasar Indonesia.
Masuknya produk impor tidak bisa dibendung ketika harga ayam dalam negeri lebih mahal dari harga pasar dunia. Negara-negara produsen unggas akan melirik Indonesia sebagai pasar yang potensial yang sangat menarik.
Ia mengatakan, dalam situasi tersebut, satu-satunya cara yang paling efektif membuat pasar Indonesia tidak menarik bagi negara lain. Dengan kata lain, harga ayam tidak lebih mahal dari harga dunia. "Kalau tidak, otomatis ini akan menjadi sasaran empuk. Itu sudah pasti, sudah pasti," kata dia.
Menurutnya sejauh masalah yang menyangkut perunggasan khususnya flutkuasi harga yang anjlok atau sangat tinggi hanya diatasi dengan solusi sesaat. Hal itu menyebabkan situasi perunggasan dalam negeri tak membaik sementara negara lain terus memonitor situasi di Indonesia.
"Kita tidak boleh lagi menjadi seperti pemadam kebakaran. Kita harus mulai pikirkan bagaimana jalan jangka menengah dan panjang karena banyak yang harus dibangun," kata dia. []
Sumber : Republika
0 komentar:
Posting Komentar