BANDUNG -- Provinsi Jawa Barat (Jabar) memiliki potensi pasar keuangan
syariah yang sangat terbuka. Hal itu bisa dilihat dari jumlah penduduk
Muslim di Jabar yang saat ini mencapai 40,9 juta jiwa.
Wakil
Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan, Jabar sudah sepantasnya
menjadi yang terdepan dan menjadi pusat industri keuangan syariah di
Indonesia. "Dan saya menyambut baik banyaknya perguruan tinggi di Jabar
yang menghadirkan program-program studi ekonomi berbasis syariah yang
nantinya dapat mengisi ruang kosong di industri keuangan syariah," kata
Deddy Mizwar dalam siaran persnya, Senin (7/8).
Hal ini,
menurutnya, akan mampu meminimalisasi terbatasnya ketersediaan sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi khusus di bidang ekonomi syariah.
Deddy mengungkapkan, berdasarkan hasil survei nasional literasi keuangan
(SNLK) tahun 2016, tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia naik
menjadi 67,82 persen sedangkan persentase masyarakat yang berada di
kelompok "well literate" naik menjadi 29,66 persen.
"Alhamdulillah
indeks inklusi keuangan di Jabar sudah 68,32 persen. Artinya, di atas
rata-rata nasional dan indeks literasi keuangan kita diangka 38,70
persen tertinggi kedua setelah DKI Jakarta," katanya. Namun demikian,
indeks inklusi keuangan syariah di Jabar sudah lebih baik yaitu mencapai
21,56 persen.
Ia menuturkan, poin penting yang harus menjadi
fokus perhatian para pelaku jasa keuangan syariah adalah memperkuat
perannya dalam kegiatan sektor riil seperti pembiayaan syariah untuk
industri pariwisata serta unit-unit usaha syariah potensial lainnya
seiring dengan meningkatnya tren halal life style global.
"Karena
itu saya harap jasa keuangan syariah terus mengedukasi dan transaparan
kepada masyarakat atau calon nasabah tentang karakteristik produk dan
layanan jasa keuangan yang tersedia," katanya.
Selain itu, lanjut
dia, jasa keungan syariah dituntut lebih kreatif dalam mencari sumber
dana murah serta menciptakan produk dan jasa keungan yang menarik, mudah
diakses dan berbiaya murah terutama untuk kalangan pelajar dan
mahasiswa, santri pondok pesantren, ibu rumah tangga, petani, pedagang
dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.
Dengan begitu
lembaga keuangan syariah dapat menjadi penggerak sektor riil untuk
membuka lebih banyak kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi
ketimpangan dan menghadirkan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
"Semoga industri jasa keungan syariah di Jabar terus tumbuh menjadi
lokomotif pertumbuhan ekonomi inklusif, menarik investasi, menggerakkan
tabungan domestik dan meningkatkan daya saing," tutur Deddy.
Secara
umun saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah lembaga keuangan
syariah terbesar di dunia yaitu sebanyak 5 ribu lebih. Meliputi 34 Bank
Syariah, 58 Operator Takaful atau asuransi syariah, 7 model Ventura
Syariah, 163 BPR Syariah, 1 Pegadaian Syariah dan sekitar 4.500 lebih
Koperasi Syariah atau Baitul Maal wat Tamwil. Bahkan Indonesia juga
telah menciptakan Syariah Online Trading System pertama di dunia. []
Sumber: Republika
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar